Seorang pembaca bisa saja lebih "fasih" dalam mengkaji objek (penelitian)-nya dari pada si empunya (baca: pengarangnya).

Yang Dituntut dari Pakar Sains Muslim


Dalam Ihya Ulumuddin, Imam al-Ghazali berpendapat bahwa ilmu kedokteran dan matematika yang keduanya tidak bisa dilepaskan dari kehidupan dunia termasuk fardu kifayah. Adapun mendalami matematika dan ilmu kedokteran secara mendetail adalah keutamaan bukan kewajiban. Permasalahannya sekarang bahwa penilaian dan batasan-batasannya bisa berubah dari masa ke masa. Tidak diragukan lagi, apa yang dianggap keutamaan pada masa lalu, bisa jadi pada masa sekarang menjadi kewajiban. Oleh karenanya kaum mu'min dituntut untuk merenungi ayat-ayat kaun.

Sebelumnya, ilmu-ilmu nahwu, sharaf, balaghah, fiqh, lughah, dan cabang-cabang sastra Arab yang lain, diciptakan karena beberapa sebab. Sebab yang paling utama adalah membantu untuk mempelajari al-Quran dan untuk mengkodifikasikan tafsir-tafsirnya. Karena itu, ilmu-ilmu tersebut dinamakan dengan ilmu-ilmu pembantu terhadap ilmu tafsir.

Ayat-ayat al-Quran yang mulia dimudahkan oleh Allah bagi perenungan yang sederhana dan perenungan yang dalam, karena al-Quran diturunkan untuk semua manusia di segala zaman. Langit, sebagai contoh, merupakan tanda kekuasaan Allah yang indah dan bersifat i'jaz baik bagi seorang awam maupun seorang astronom. Semua sesuai dengan kadar akalnya. Demikian pula penciptaan unta, ia merupakan ayat Allah yang tampak jelas bagi orang Badui dan sebagai bahan dialog terhadap fitrahnya yang murni. Namun, pada saat yang sama juga selalu menantang kajian-kajian para ilmuwan abad ke-20. Begitulah seterusnya dalam banyak contoh. Inilah salah satu rahasia dari rahasia-rahasia balaghah al-Quran.

Karena itu, kita tidak boleh menerima penafsiran kontemporer terhadap suatu ayat al-Quran yang mengklaim bahwa itulah satu-satunya maksud ayat tersebut, padahal makna itu baru ditemukan pada saat ini. Sains, dengan sifatnya yang terus berkembang dan elastis, selalu menyingkap rahasia-rahasia baru setiap hari. Namun, tidak berarti membatalkan penafsiran yang lama.

Pengajuan berkhidmat dalam rangka memahami al-Quran tidak memerlukan pemaksaan.  Sebab, al-Quran tidak mebutuhkan ini semua yang pada saat sekarang sering dibicarakan orang, baik dalam sebuah moment ilmiah ataupun bukan. Sedangkan, mu'jizat ilmiah dalam al-Quran merupakan masalah yang sangat rumit. Ia mesti diukur dengan standar-standar ilmiah dan sejarah yang didahului penelitian. Kita juga mesti berusaha keras agar tidak meletakkan al-Quran dan sains modern pada posisi kontradiksi, sebuah usaha yang memiliki rambu-rambunya sendiri dan seringkali tidak ada yang menjustifikasikannya.

Seperti orang yang berbicara tentang teori difusi atom atau tentang penguasaan langit dan bumi dengan kekuatan ilmu, atau bahwa Allah mendatangkan bumi sambil mengurangkan sisi-sisinya, maksudnya kekurangan inti penyangganya berkurang seukuran tertentu selama ribuan dan jutaan tahun. Atau orang-orang yang memaksakan makna dan mengeluarkan lafal dari makna aslinya dalam menerangkan bulatnya bumi, dan seterusnya. Tidak perlu dijelaskan lagi, itu semuanya menyalahi sains, tafsir, logika, dan konteks al-Quran. Karenanya harus diluruskan. Namun, hal itu tidak menjadi alasan bahwa kita bersikap mundur ke belakang walaupun dengan alasan saddudz-dzara'i 'menutup pintu kejahatan'.

Dr. Maurice Bucaille, seorang dokter dan peneliti Prancis, mengatakan dalam bukunya yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Arab dengan judul Dirasah al-Kutub al-Muqaddasah fi Dhau'il-Ma'rifil-Haditsah (Al-Quran, Bible, dan Sains Modern, penj.), mengatakan: "Sisi-sisi ilmiah yang disentuh oleh al-Quran telah membangkitkan kekagumanku yang mendalam sejak semula. Aku tidak pernah menyangka dimungkinkannya penemuan sejumlah besar tentang kasus-kasus khusus dengan tema-tema yang bermacam-macam dan ternyata sesuai dengan penemuan-penemuan sains modern. Dan itu ditemukan dalam sebuah teks (wahyu) yang ditulis sejak tiga belas abad yang lalu."

__________________
"Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami disegena ufuk dan pada diri merka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa al-Quran itu adalah benar..."
(QS. Fushshilat [41]:53)

"Maka apakah mereka tidak memperhatikan al-Quran? Kalau sekiranya al-Quran itu bukan dari sisi Allah, tentulah terdapat pertentangan-pertentangan yang banyak di dalamnya." 
(QS. an-Nisa' [4]:82)

"Dan agar orang-orang yang diberi ilmu, meyakini bahwasanya al-Quran itulah yang haq dari Tuhanmu lalu mereka beriman dan tunduk hati mereka kepadanya dan sesungguhnya Allah adalah Pemberi Petunjuk bagi orang-orang yang beriman kepada jalan yang lurus. " 
(Qs al-Hajj [22]:54)
_____________________


_________________
Dr. Yusuf Qardhawi, Al-Quran Berbicara tentang Akal dan Ilmu Pengetahuan, hlm: 325-329. Jakarta: Gema Insani Press, 2001.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar


Ar Yu ReDEY..?!