Seorang pembaca bisa saja lebih "fasih" dalam mengkaji objek (penelitian)-nya dari pada si empunya (baca: pengarangnya).

Angka Nol dan Bilangan Arab

Dengan jatuhnya kekaisaran Romawi pada Abad VII, Barat pun mengalami kemunduran. Sebaliknya, Timur mengalami kebangkitan. Perkembangan India tenggelam oleh peradaban Timur lainnya. Selama bintang Barat tenggelam di balik cakrawala, bintang lainnya terbit: Islam. Kebangkitan nol menuju kebesarannya dimulai dari Timur.

Orang-orang Muslim sangat cepat menyerap kebijaksanaan yang dimiliki orang-orang di wilayah-wilayah taklukannya. Para intelektual mulai menerjemahkan banyak teks ke dalam bahasa Arab. Pada abad IX, Khalifah al-Ma’mun mendirikan sebuah perpustakaan megah di Baghdad: Bayt al-Hikmah (rumah kebijaksanaan). Perpustakaan ini menjadi pusat ilmu pengetahuan di Timur –salah satu intelektual pertamanya adalah seorang ilmuwan matemetika, Muhammad ibn Musa al-Khawarizmi.


Al-Khawarizmi menulis sejumlah kitab penting, seperti al-Jabr wa al-Muqabala, sebuah risalah tentang cara pemecahan persamaan dasar; kata al-Jabr (penyelesaian) pada judul kitab tersebut memberi kita istilah Aljabar. Ia juga menulis sebuah kitab tentang sistem hitung Hindu, yang memberi bentuk baru pada bilangan yang nantinya menyebar dengan cepat di Arab seiring penyebaran Algorithm (kata algoritma adalah perubahan dari nama al-Khawarizmi): seni mengalikan dan membagi bilangan Hindu dengan cepat. Meski orang-orang Arab mengadopsi angka dari orang-orang India, namun bangsa-bangsa di belahan dunia lain akan mengikuti sistem bilangan Arab yang baru.

Kata Zero (nol) telah mengalami banyak perubahan dari akar katanya dalam bahasa Hindu dan Arab. Dalam bahasa India nol berarti Sunya, kosong, sedangkan orang-orang Arab menyebutnya Sifr. Ketika beberapa intelektual Barat mencoba menerangkan angka baru tersebut, mereka mengubah kata Sifr menjadi kata bersuara Latin hingga menghasilkan Zephirus yang merupakan akar kata dari kata Zero (nol). Sedangkan ilmuwan matematika lainnya tak terlalu banyak mengubah kata Sifr, mereka menyebutnya Cifra, yang kemudian berubah menjadi Cipher. Nol menjadi sangat penting bagi sekumpulan bilangan baru itu hingga kemudian orang-orang menyebut seluruh angka dengan istilah Ciphers, yang menjadi asal mula kata Prancis Chiffre, digit.

_________________
Charles Seife, Biografi Angka Nol, hal: 100-102, Yogyakarta: e-Nusantara, 2008.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar


Ar Yu ReDEY..?!