Seorang pembaca bisa saja lebih "fasih" dalam mengkaji objek (penelitian)-nya dari pada si empunya (baca: pengarangnya).

Finite-Infinite dan Isra'-Mi'raj

A Summary of Statistical Everages (Ikhtisar dari pukul rata statistik hukum alam)
Ayam yang selalu berkokok sebelum terbit fajar bukanlah penyebab terbitnya fajar.” (imam al-Ghazali)

Cahaya yang terlihat sebelum terdengar suatu dentuman meriam bukanlah penyebab suara tersebut dan bukan pula penyebab terlontarnya peluru.” (David Hume)

Bergeraknya sesuatu dari A ke B, B ke C, dan C ke D, tidaklah dapat dijadikan dasar untuk menyatakan bahwa pergerakannya dari B ke C adalah akibat pergerakannya dari A ke B.” (Isaac Newton)


Kesimpulan: bahwa sebab mendahului sesuatu itu benar, namun kedahuluan ini tidaklah dapat dijadikan dasar bahwa ialah yang mewujudkannya; hanya sebab yang mendahului atau bebarengan, bukan yang mewujudkan.

Apa yang kita namakan 'kebetulan' dewasa ini, adalah mungkin merupakan suatu proses terjadinya suatu kebiasaan atau hukum alam.” (Pierce)

Semua apa yang terjadi diwujudkan oleh superior reasoning power; kekuatan nalar yang superior. (Albert Einstein)

Pernyataan-pernyataan di atas kiranya dapat mewakili sebagai jawaban dari pertanyaan-pertanyaan empiris dan rasionalis berikut:
  1. Bagaimana mungkin kecepatan yang melebihi kecepatan cahaya (kecepatan tertinggi dalam continuum empat dimensi) dapat terjadi?
  2. Bagaimana mungkin material yang dilalui oleh Muhammad Saw tidak mengakibatkan gesekan-gesekan panas yang merusak tubuh beliau sendiri?
  3. Bagaimana mungkin beliau dapat melepaskan diri dari daya tarik bumi? 
Dan satu hal yang perlu kita perhatikan adalah, bahwa setiap sistem gerak mempunyai perhitungan waktu yang berbeda dengan sistem gerak lain; Benda padat membutuhkan waktu lebih lama dibandingkan dengan suara, dan suara membutuhkan waktu lebih lama dibandingkan dengan cahaya. Maka dapat disimpulkan bahwa: ada SESUATU yang tidak membutuhkan waktu untuk mencapai sasaran apapun yang dikehendaki-NYA.

Maka tidak  heran jika Emha ‘Ainun Nadjib berkomentar: “Saya bukan hanya percaya bahwa Muhammad ber-isra'-mi'raj, bahkan juga saya percaya kita semua akan pergi ke tempat Muhammad pergi. Cuma waktunya berbeda. Previlese kerasulan Muhammad tak kita peroleh, tapi ada thariqah (metoda), kaifiyah (sistem), dan shirath (jalur & wilayah) yang jelas untuk itu ............. Kita bisa menggali ilmu dari gelagat al-Quran tentang Ilmu Sab'a Samawat (tujuh langit), Ilmu Sulthan, Ilmu al-Ufuk al-Mubin, serta beratus petunjuk keilmuan lain .............”
 

Adapun menurut M. Quraish Shihab, Asas filosofis dari ilmu pengetahuan adalah trial and error, yakni observasi dan eksperimentasi terhadap fenomena-fenomena alam yang berlaku di setiap tempat dan waktu, oleh siapa saja. Padahal peristiwa isra' dan mi'raj hanya terjadi sekali saja..... Pendekatan yang paling tepat untuk memahaminya adalah pendekatan imaniy..... Agaknya, yang lebih wajar untuk dipertanyakan bukannya bagaimana isra' dan mi'raj terjadi, tetapi: mengapa isra' dan mi'raj.

Apa yang dikatakan M. Quraish Shihab di atas,  bukan berarti membatasi logika kita untuk menganalisa suatu peristiwa, tetapi mengingatkan kita akan asas filosofis berikut:

  • Yang mustahil menurut akal dengan yang mustahil menurut kebiasaan.
  • Yang bertentangan dengan akal, dengan yang tidak atau belum dimengerti oleh akal.
  • Yang rasional dan irasional dengan yang suprarasional.

Itulah sebabnya kenapa Kierkegaard, tokoh eksistensialisme, menyatakan: “Seseorang harus percaya bukan karena ia tahu, tetapi karena ia tidak tahu.” Dan itu pula sebabnya, mengapa Immanuel Kant berkata: “Saya terpaksa menghentikan penyelidikan ilmiah demi menyediakan waktu bagi hatiku untuk percaya.”

Tulisan ini harus saya hentikan di sini dengan epilog:
Seorang guru ngaji bercerita pada santri-santrinya: “Seekor kutu di puncak gunung mengabarkan tentang semaraknya kota Surabya, kontan saja tidak dipercaya karena si kutu tidak pernah pergi lama kecuali siang itu ia menghilang. Kata si kutu kepada komuninya: “Ya bisa toh, wong aku ada di kopyahnya si fulan. Ia pergi ke Surabaya hari ini dan aku menyaksikan segalanya dari tempatku.”


Begitulah para santri itu belajar tentang Isra' Mi'raj dari contoh yang paling sederhana. :)


---------------------------
Katakanlah wahai Muhammad : “Percayalah kamu atau tidak usah percaya (keduanya sama bagi Tuhan).” Tetapi sesunggunya mereka yang diberi pengetahuan sebelumnya, apabila disampaikan kepada mereka, maka mereka menyungkur atas muka mereka, sambil bersujud. (QS al-Isra' [17]:107)


Apabila Muhammad yang memberitakannya, pasti benarlah adanya.
(Abu Bakr al-Shiddiq)


____________________
*M. Quraish Shihab, Membumikan al-Quran, hal: 338-345. Bandung: Mizan, 1994.
*Emha Ainun Nadjib, Tidak. Jibril Tidak Pensiun, hal: 25-31. Yogyakarta: Progress, 2007.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar


Ar Yu ReDEY..?!